Mengapa Yang Kaya Semakin Kaya dan Yang Miskin Semakin Miskin?


Oleh : AYIP BUNYAMIN

Dulu waktu kecil saya sering mendengarkan lagu Bang Haji Rhoma Irama yang lirik nya sebagai berikut :
"Yang kaya makin kaya ... yang miskin makin miskin ...."
Walaupun cuma lirik lagu, tapi Bang Haji mungkin menggunakan kalimat tersebut dalam lagu nya setelah melihat kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu mengapa hal ini terjadi?
Hal ini terjadi karena perbedaan cara membelanjakan pendapatan (income) nya. Mari kita lihat kebiasaan orang dalam membelanjakan pendapatan nya.

Ada 4 jenis pengeluaran :
  1. Pengeluaran yang langsung habis, seperti untuk makan, minum, dan rekreasi.
  2. Pengeluaran untuk membeli barang yang nilainya turun, seperti pakaian, sepeda motor, mobil, televisi, handphone, kulkas, mesin cuci, perabot rumah, tabungan uang, dan lain-lain.
  3. Pengeluaran untuk membeli barang yang nilainya tetap / stabil, seperti emas batangan.
  4. Pengeluaran untuk membeli barang yang nilainya tumbuh, seperti tanah darat, tanah sawah, rumah kontrakan, ruko yang disewakan, dan lain-lain.
Perbedaan Kaya dan Miskin Secara Visual

Mengapa yang miskin semakin miskin?

Orang bisa menjadi miskin dan terus semakin miskin kalau pengeluarannya fokus pada jenis pengeluaran no.1 dan no.2. Ketika dia mendapatkan pemasukan baik dari upah, gaji, laba, ataupun komisi, dia membelanjakan nya hanya untuk makan, minum, dan rekreasi yang akan langsung habis tanpa menyisihkan sedikitpun untuk pengeluaran no.3 dan no.4.

Bahkan ketika penghasilannya meningkat, misalnya gaji nya naik, dia malah menggunakannya untuk makan yang lebih enak, rekreasi yang lebih menyenangkan, membeli handphone terbaru, televisi yang lebih gede, sepeda motor baru, mobil baru, menabung dalam bentuk uang, dan lain-lain.

Hartanya memang kelihatannya banyak, padahal seiring waktu nilai hartanya terus menurun. Handphone baru yang dibeli seharga Rp4 juta, setelah 2 tahun kalau dijual lagi apakah harganya masih Rp4 juta? Sepeda motor baru yang dibeli tunai seharga Rp14 juta, setelah 3 tahun kalau dijual lagi apakah harganya masih tetap Rp14 juta? Pasti nilainya turun minimal separuhnya. Ini kalau dibelinya secara tunai, kalau dibelinya secara kredit, pasti penurunannya jauh lebih besar.

Bahkan uang tabungan yang disimpan di bank setiap tahun nilai nya terus turun tergerus inflasi. Waktu menabung, uang Rp5 ribu masih bisa membeli 5 potong roti merk terkenal, setelah 5 tahun menabung, uang Rp5 ribu hanya bisa membeli 2 potong roti merk yang sama.

Sementara seiring waktu, umur bertambah tapi tenaga berkurang. Otomatis penghasilan pun semakin menurun. Apalagi kalau terkena PHK, pemasukan tersendat tapi kebutuhan primer sandang dan pangan seperti makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal tidak boleh berhenti. Disinilah proses pemiskinan dimulai. Harta yang nilainya sudah turun mulai dijual satu per satu walaupun dijual rugi. Sehingga akan terlihat yang miskin semakin miskin.

Jadi kalau pengeluaran hanya fokus kepada jenis pengeluaran no.1 dan no.2, maka secara logika suatu saat akan menjadi miskin yang semakin miskin. Mengapa saya katakan "secara logika", karena jika Allah SWT berkehendak untuk menjadikan kaya, walaupun pengeluarannya hanya berkutat di jenis pengeluaran no.1 dan no.2 dia akan tetap kaya.

Jangankan manusia, burung dalam sangkar pun tetap bisa makan walaupun tidak mencari makanan, bahkan makanannya bisa jauh lebih bergizi daripada burung yang diluar sangkar yang selalu berusaha. Itulah kehendak Allah SWT.

Mengapa yang kaya semakin kaya?

Orang bisa menjadi kaya dan terus semakin kaya kalau pengeluarannya fokus pada jenis pengeluaran no.3 dan no.4. Dia tetap makan, minum, dan rekreasi tapi benar-benar dihemat agar bisa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk disimpan dalam bentuk emas batangan. Mengapa emas batangan? Karena emas batangan nilainya tetap / stabil tidak tergerus inflasi.

Dulu pada zaman Rasulullah, harga seekor kambing adalah 1 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas 23 karat). Kalau saat ini harga emas 23 karat adalah Rp480 ribu per gram, maka 1 dinar sama dengan Rp2 juta. Saat ini pun dengan uang Rp2 juta kita masih bisa mendapatkan seekor kambing.

Kelihatannya harga emas terus naik, padahal bukan harga emas yang naik tapi nilai uang yang semakin turun. Jadi jika dibandingkan dengan uang, menabung dalam bentuk emas batangan nilainya akan terlihat naik. Ingat! Emas batangan, bukan emas perhiasan, karena biasanya emas perhiasan kalau dijual lagi harganya mengikuti harga kwitansi, jadi tetap terkena inflasi.

Setelah simpanan emas batangannya cukup, baru lah diuangkan untuk membeli jenis pengeluaran no.4 misalnya membeli tanah sawah. Tanah sawah nya disewakan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Penghasilan tambahannya pun disimpan lagi dalam bentuk emas batangan. Demikian seterusnya.

Dia menahan diri untuk tidak membeli jenis pengeluaran no.3 sebelum penghasilan tambahannya cukup. Menurut ahli keuangan, sebelum penghasilan tambahannya 10 kali lipat. Misalnya jika akan membeli sepeda motor seharga Rp14 juta, maka dia akan membelinya tunai setelah penghasilan tambahannya terkumpul Rp140 juta. Ingat! Dibelinya dari penghasilan tambahan bukan penghasilan utama.

Walaupun seiring waktu, penghasilan utamanya menurun karena usia semakin bertambah dan tenaga semakin lemah, tapi pendapatannya tetap besar karena penghasilan tambahannya jauh lebih besar dari penghasilan utamanya.

Jadi kalau pengeluaran difokuskan pada jenis pengeluaran no.3 dan no.4, maka secara logika suatu saat akan menjadi kaya yang semakin kaya. Sekali lagi saya katakan "secara logika", karena jika Allah SWT berkehendak untuk menjadikan miskin, walaupun dia berusaha fokus pada jenis pengeluaran no.3 dan no.4 maka dalam sekejap pun dia bisa menjadi miskin.


Kesimpulannya, miskin dan kaya adalah pilihan hidup yang bisa diusahakan. Namun, manusia hanya pandai berusaha, karena yang menentukan takdir miskin dan kaya sesungguhnya adalah Allah SWT. Kepada-Nya kita harus mendekat, berlindung, dan memohon, agar Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

Hasbunallooh wa Ni'mal Wakiil, Ni'mal Maulaa wa Ni'man Nashiir ....


Walloohu a'lam bish-showaab ....



-----------

0 Response to "Mengapa Yang Kaya Semakin Kaya dan Yang Miskin Semakin Miskin?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel